Sembilan Tren Media Penyimpanan Data Storage Tahun 2009





Tahun 2008 baru saja berlalu. Tahun itu sudah mencatatkan banyak kejadian di dunia storage TI. Inilah sembilan tren teratas di tahun tersebut:

1. Windows Server 2008
Tersedia awal 2008, Windows OS yang dinanti-nantikan tersebut muncul dengan fitur-fitur baru untuk virtualisasi, keamanan, dan kinerja. Kehadirannya mendorong para vendor untuk buru-buru menawarkan produk-produk kompatibel untuk backup dan recovery.

2. Microsoft Hyper-V
Berbeda dengan penawaran sistem tertutup dari VMware, Hyper-V menciptakan kompetisi di pasar melalui pendekatan terbuka. Menurut Symantec, ketika terus menggerakkan virtualisasi ke dalam proses produksi, pengguna akan menemukan bahwa pendekatan tradisional (seperti VMware) akan membatasi kemampuan untuk memaksimalkan aset dan meraih keuntungan dari virtualisasi server.

3. Kompleksitas memicu proyek-proyek desain ulang backup
Menurut penelitian terbaru dari InfoPro, desain ulang backup menjadi inisiatif storage teratas bagi para manajer data center pada 2008 dan sesudahnya, diikuti oleh pengadopsian storage, konsolidasi, dan virtualitas bertingkat. Proyek-proyek desain backup didorong oleh peningkatan kompleksitas dalam infrastruktur TI, maraknya point tools untuk mengelola backup, dan berbagai interface pengelolaan. Proyek Desain Ulang Backup juga didorong oleh kebutuhan akan dukungan untuk lingkungan virtualisasi.

4. Backup berubah ke model layanan
Keterbatasan sumber daya TI mendorong sejumlah pengguna untuk menggunakan model SaaS pada beberapa teknologi, seperti backup, mengurangi beban yang berhubungan dengan pembelian, konfigurasi, dan pemeliharaan solusi-solusi di lokasi pengguna.

5. Krisis energi Data Center.
Menurut McKinsey, total dari tagihan energi untuk data center pada 2010 akan mencapai 11,5 miliar dollar AS, naik dari 8,6 miliar dollar AS pada 2007. Pada 2008, biaya energi dari semua sektor mendorong TI untuk mencari cara untuk mengurangi biaya dan efisiensi yang dapat mereka capai melalui solusi data center yang hemat energi.

6. Belum memadainya pengujian Disaster Recovery
Meskipun telah melakukan sejumlah perbaikan dalam upaya perencanaan disaster recovery pada 2008, perusahaan-perusahaan masih kurang dalam pengujian perencanaan tersebut. Menurut temuan Disaster Recovery 2008 Symantec, para responden mengindikasikan bahwa 30 persen dari pengujian gagal mencapai recovery time objective, dengan alasan teratas adalah human error dan teknologi.

7. Thin Provisioning untuk memperoleh kembali storage
Karena sumber daya storage terbatas, pengguna beralih ke teknologi lain, seperti thin provisioning agar dapat menggunakan storage yang ada dengan lebih baik. Thin provisioning membuat perusahaan mampu menggunakan ‘thin’ storage sehingga dapat memperoleh kembali storage selama migrasi online dan mendorong efisiensi operasional. Teknologi ini membuat pengguna bisa mengalokasikan ruang pada server dengan basis just-enough dan just-in-time untuk penggunaan sumber yang ada dengan lebih baik.

8. Ekonomi memengaruhi prioritas TI
Ketika biaya TI diperkecil karena kondisi ekonomi saat ini, banyak perusahaan mengubah fokus dengan menemukan teknologi yang lebih efisien yang dapat mengelola kompleksitas dan mengurangi sumber daya.

9. Melindungi dan mengelola mesin virtual secara bersamaan
Menurut Worlwide Quarterly Server Virtualization Tracker pertama dari IDC, teknologi virtualisasi telah sangat matang dalam satu tahun belakangan. Fakta menunjukkan, lisensi virtualisasi pada kuartal kedua 2008 meningkat 53 persen dari kuartal sebelumnya dan meningkat 72 persen dibandingkan kuartal sama tahun lalu. Para profesional TI menyadari bahwa inisiatif virtualisasi yang sukses menggunakan tools yang mengelola mesin fisik dan virtual secara bersamaan.

baca sumber asli di sini

0 Responses