Menteri Israel Serukan Pembunuhan Pemimpin Hamas, Ismail Haniya
Yerusalem (ANTARA News) - Seorang menteri kabinet Israel secara terang-terangan Rabu menyerukan pembunuhan Ismail Haniya, pemimpin senior Hamas yang menguasai Jalur Gaza.
"Langkah mendatang dalam operasi kami seharusnya pembunuhan 'teroris' Haniya," kata Menteri Perumahan Zeev Boim dari partai berhaluan kanan-tengah Kadima kepada radio militer, seperti dilaporkan AFP.
"Ini merupakan satu-satunya cara untuk mengakhiri penembakan roket ke Israel," kata Boim, yang tidak memiliki wewenang atas keputusan keamanan. Israel membunuh sejumlah pejabat Hamas di masa silam, termasuk pemimpin spiritual dan pendiri gerakan itu Syeikh Ahmed Yassin pada 2004.
Juga Rabu, Benjamin Netanyahu, yang disebut-sebut kalangan luas akan menjadi perdana menteri Israel setelah pemilihan umum pekan depan, berjanji akan menggulingkan gerakan Hamas di Gaza yang disebutnya sebagai "wakil Iran".
"Pada akhirnya tidak akan ada pilihan lain kecuali menghilangkan ancaman Iran di Gaza," kata Netanyahu pada konferensi keamanan tahunan Herzliya di sebelah utara Tel Aviv. "Ini ancaman nyata yang kami hadapi," katanya.
Mantan PM berusia 59 tahun itu, yang partai Likud kubunya diperkirakan memperoleh kursi terbanyak di parlemen beranggotakan 120 orang setelah pemungutan suara Selasa mendatang, mengatakan, Palestina yang terpecah terlalu lemah untuk mencapai sebuah perjanjian perdamaian.
Sementara itu Selasa, Perdana Menteri Ehud Olmert mengancam akan memberikan "balasan serangan paling keras" terhadap Gaza setelah sebuah roket ditembakkan ke sebuah kota Israel, dalam kekerasan terakhir sejak berakhirnya perang 22 hari di wilayah tersebut.
Israel dikecam masyarakat internasional atas kematian-kematian yang ditimbulkannya di Gaza.
Pasukan Israel meninggalkan Jalur Gaza setelah daerah pesisir itu hancur akibat ofensif 22 hari. Mereka menyelesaikan penarikan pasukan dari wilayah yang dikuasai Hamas itu pada Rabu (21/1).
Jumlah korban tewas Palestina mencapai sedikitnya 1.300, termasuk lebih dari 400 anak, dan 5.300 orang cedera di Gaza sejak Israel meluncurkan ofensif terhadap Hamas pada 27 Desember.
Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket.
Selama perang 22 hari itu, sekolah, rumah sakit, bangunan PBB dan ribuan rumah hancur terkena gempuran Israel, dan Pemerintah Palestina menyatakan jumlah kerugian prasarana saja mencapai 476 juta dolar.
Penghentian serangan Israel dilakukan setelah negara Yahudi tersebut memperoleh janji dari Washington dan Kairo untuk membantu mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, hal utama yang dituntut Israel bagi penghentian perang.
Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.
Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina, Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut diblokade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.
baca sumber asli di sini